Pages

Kamis, 23 Juni 2011

MINKA
1. Pengertian Minka (民家)
Rumah rakyat Jepang disebut dengan 民家 (minka), yang secara harfiah berarti rumah rakyat. Rumah minka adalah nama umum dengan arsitektur tradisional, dan merupakan tempat kediaman rakyat bukan dari kalangan orang berkuasa(tempat tinggal petani, pengrajin, dan pedagang). Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir tahun 1800. Keindahan arsitektur minka terletak pada keharmonisan antara bentuk dengan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan seperti tanah, kayu, dan batu yang berasal dari pegunungan dan hutan-hutan yang berada di sekeliling rumah. Rumah tradisional Jepang terdiri dari beberapa ruangan utama, yaitu Washitsu (ruang serba guna yang dapat digunakan sebagai ruang tamu,kamar tidur dan ruang keluarga), Genkan (Area pintu masuk), dapur dan washiki (toilet).
Minka juga memiliki keanekaragaman gaya arsitektur bangunannya, terkait dengan tuntutan geografi setempat, iklim, dan industri. Sehingga setiap daerah di Jepang memiliki gaya arsitektur bangunan yang khas, seperti :
- Minka di Jepang Utara
Minka di daerah Jepang bagian utara, pada umumnya memiliki bubungan terjal beratap jerami serta jendela kecil yang hanya ada di bubungan tersebut. Ini merupakan penyesuaian diri terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju yang banyak. Selain itu juga dirancang khusus untuk keperluan memelihara ulat sutra.
- Minka di Jepang Selatan
Minka di daerah Jepang bagian selatan, pada umumnya terdiri dari sekelompok rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan lantai yang ditinggikan agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun.
2. Sejarah Minka
Di zaman Jepang kuno, ada dua jenis rumah. Yang pertama adalah apa yang dikenal sebagai rumah bawah tanah. Yang kedua naik di atas permukaan tanah. Gaya rumah dengan lantai tinggi dikatakan telah datang ke Jepang dari Asia Tenggara., dan jenis bangunan rupanya digunakan untuk menyimpan makanan biji-bijian dan lainnya sehingga tidak akan rusak karena panas dan lembap.
Evolusi Arsitektur dan Gaya Interior 
Sangat penting untuk memahami evolusi dari gaya arsitektur untuk memahami bagaimana interior berevolusi juga. Dari periode Heian melalui Edo Periode pertengahan (792 – 1750) ada tiga besar syles arsitektur perumahan yang berevolusi: shinden-zukuri, shoin-zukuri, dan sukiya-zukuri.
Shinden-zukuri 
Tempat tinggal bangsawan yang pertama muncul pada periode Heian adalah gaya shinden-zukuri. Shinden mengambil contoh dari ruang ibadah kuil Budha.Ini di ambil dari dinasti Tang struktur bisymme watrical. Lorong-lorong terhubung satu sama lain oleh lorong-lorong beratap. Interior gaya shinden juga seperti ruang ibadah yang terbuka kecuali untuk tiang bulat.Pusat ruang utama disebut Moya dan dikelilingi oleh dua set pilar. Ruang ini berisi byobu, tirai buluh, sudare dan tirai, kicho. lantai papan kayu. Ada sebuah ruangan kecil yang disebut nurigome digunakan untuk tidur atau tempat penyimpanan. Gaya ini di gunakan oleh para bangsawan dan samurai peringkat tinggi melalui pertengahan abad 15. Ketika  kita  melihat lukisan Tale of Genji kita dapat melihat gaya shinden-zukuri. Saat ini tidak ada contoh yang lebih tua dari gaya ini, yang terdekat dapat ditemukan adalah versi abad ke-19 dari Istana Kekaisaran di Kyoto.
Shoin-zukuri 
Gaya arsitektur selanjutnya disebut gaya shoin-zukuri. shoin awalnya nama yang diberikan kepada kepala biara tempat tinggal di sebuah kuil Zen. Shoin berarti perpustakaan atau belajar. Contoh tertua zukuri adalah ruang Dojinsai di Togudo di Ginkakuji (Silver Pavilion). Kamar kecil ini dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa pada tahun 1486. Gaya shoin berevolusi dari gaya shinden selama dua abad. Gaya shoin akhirnya menjadi besar dan pengaturan dimaksudkan untuk kebesaran dari para panglima perang feodal. Pemanfaatan pilar dipotong persegi (yang bertentangan dengan gaya putaran shinden) diperbolehkan kusen dan lintels untuk dapat dengan mudah dipasang di antara mereka. Hal ini, pada gilirannya, memperluas cara ruang interior dapat dipartisi melalui penggunaan shoji dan panel fusuma. Tatami digunakan untuk menutup seluruh luas lantai dan beberapa kamar lebih dari seratus tatami dalam berbagai ukuran. Sebuah contoh yang ada gaya shoin adalah Hall Ninomaru dari Nijo Castle di Kyoto. Gaya shoin dewasa ini menggabungkan semua elemen. Mengenal interior tradisional Jepang: shoji, fusuma, tatami sebagai meliputi lantai, tokomona, chigaidana, dan tsukeshoin. 
Sukiya-zukuri
Gaya arsitektur rumah terakhir adalah sukiya-zukuri. Gaya sukiya berasal dari upacara minum teh, sebenarnya kata sukiya mengacu pada bangunan di mana dilakukan upacara minum teh. Gaya sukiya yang berkembang dari periode Azuchi-Momoyama dan gaya shoin, sangat kontras langsung dan pengaturan yang luar biasa besar dari-shoin zukuri. Dalam sukiya, semakin kecil dan sederhana dianggap sebagai desain terbaik. Beberapa pondok teh terdiri dari enam tatami. Penggabungan dari sukiya dengan shoin dikembangkan menjadi sukiya-zukuri. Gaya ini menjadi gaya yang populer bagi warga kota yang tinggal di pertengahan hingga akhir zaman Edo (1750 -1867).Hal ini juga gaya yang telah berkontribusi pada ruang kehidupan Jepang. Contoh klasik sukiya-zukuri adalah Katsura Imperial Villa (Terpisah Istana) dibangun pada pertengahan 1600-an.
Zaman Edo berlangsung sekitar tahun 1600–1868 ketika Jepang di bawah pemerintahan Sogun menutup pengaruh dan hubungannya dengan dunia Barat. Keputusan itu tercermin pada pola perkembangan kota kecil di sepanjang jalur Nakasendo, salah satu di antaranya dapat dilihat di desa kuno Tsumago yang bangunan rumah tinggalnya tampak jelas didominasi corak arsitektur tradisional Jepang gaya Edo. Beberapa jalan kecil berupa gang juga sangat menarik diikuti karena dari jalan kecil tersebut kita dapat melihat taman gaya Jepang di area halaman belakang dan depan rumah. Taman yang dilengkapi kolam batu alam dilengkapi bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu lain menambah daya tarik kawasan ini.
Di antara jalan-jalan setapak, ada banyak rumah-rumah yang menampilkan eksterior taman gaya Jepang. Taman tidak hanya di depan rumah namun juga di belakang rumah. Taman-taman ini banyak dihias kolam batu alam beserta bonsai, pancuran air dari bambu, dan kerajinan bambu. Melangkah ke dalam, kita akan melihat bangunan utama yang terbuat dari papan. Bila kita lihat lebih jauh, rumah-rumah papan ini identik dengan kegiatan warga Jepang zaman Shogun yang bermata pencarian bertani, berdagang, dan bisnis jasa. Atap rumah Jepang umumnya ditindih batu untuk menahan agar tidak terbang tertiup angin. Atap ini dilengkapi juga dengan talang air pada sisinya, yang berfungsi menyalurkan air ke tanah. Talang ini terbuat dari bambu yang menunjukkan kecerdikan dan pemikiran unsur teknis tukang bangunan masa Edo. Ruangan dengan lantai tanah, tatami, dan pondasi batu alam yang ditindih bangunan bahan kayu juga menjadi salah satu ciri khusus. Konstruksinya sederhana, dengan menerapkan prinsip “semakin sedikit, semakin baik”. Prinsip ini sudah banyak diserap dalam seni arsitektur modern. 
Dinding-dinding rumah Jepang cenderung polos dengan garis-haris geometrik. Dinding dibangun tipis, nyaris tidak bermateri. Bahkan kertas pun masih dipakai untuk dinding-dinding ruangan. Tidak aman memang dan sangat dingin di musim salju, tetapi ini dibuat untuk membuat penghuninya tetap menyatu dengan alam. Dinding-dinding, lantai, dan langit-langit dibiarkan polos tanpa hiasan apapun. Satu-satunya hiasan hanyalah permainan garis-garis dan kotak-kotak lurus. Pada ruang utama tempat penerimaan tamu, dibuat panggung kecil yang berdinding mundur sebagai tempat keramat. Bagian ini adalah suatu fokus tempat orientasi diri psikologis si pemilik rumah, yang disebut tokonoma. Ada beberapa lukisan pemandangan atau bunga, namun kadang-kadang lukisan diganti dengan pajangan seni kaligrafi yang indah, berisi syair atau puisi yang mengandug nilai kearifan atau pengetahuan budaya. Denah rumah tradisional Jepang terbagi dalam ruang-ruang sederhana yaitu berbentuk kotak atau persegi. Kesederhanaan ini tercermin dalam desain minimalis yang banyak digandrungi saat ini. Namun kenyataannya, budaya arsitektur yang tersohor itu sebenarnya sudah dikerjakan selama berabad-abad oleh para arsitek-arsitek zaman Shinto.
Perumahan terus berkembang di era Meiji (1868-1912) Beberapa kota telah rumah yang dibangun dengan gaya kura-zukuri, yang menampilkan eksterior Jepang yang  dibuat dari bahan tahan api, biasanya memiliki lorong panjang melalui tengah rumah dengan kamar di setiap sisi, dikatakan untuk menggabungkan budaya asing dengan gaya rumah disukai oleh samurai.
3. Bahan Bangunan Minka (民家)
Bahan bangunan yang dipergunakan antara lain, balok kayu besar untuk tiang utama rumah dan rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu juga digunakan untuk dinding, lantai, langit-langit, dan bubungan atap. Bambu digunakan untuk melapisi tempat-tempat kosong di antara dinding kayu dan setelah itu dilapisi dengan tanah liat untuk dijadikan dinding yang rata. Tanah liat juga dibakar menjadi genteng. 
Rumput jenis tertentu dipergunakan sebagai atap, sedangkan jerami tanaman padi dipergunakan untuk dianyam menjadi tikar kasar yang disebut dengan Mushiro, dan tikar halus yang disebut dengan tatami, yang digelar di atas tikar kasar. Batu-batu terbatas dipergunakan untuk fondasi rumah, tidak pernah digunakan sebagai dinding.
4. Desain Khas Minka (民家)
4.1. Washitsu
Washitsu adalah ruang beralaskan tatami dalam bangunan tradisional Jepang. Ada beberapa aliran dalam menyusun tatami sebagai alas lantai. Dari jumlah tatami yang dipakai dapat diketahui ukuran luas ruangan. Dari sejumlah washitsu yang ada di dalam bangunan (rumah) terdapat satu washitsu utama. Setiap ruangan bisa menjadi ruang tamu, ruang makan, belajar, atau kamar tidur. Hal ini dimungkinkan karena semua perabotan diperlukan adalah portabel, yang disimpan dalam oshiire (bagian kecil dari rumah yang digunakan untuk penyimpanan). Fungsi washitsu berubah bergantung kepada alat rumah tangga yang dipakai. Washitsu berubah menjadi ruang belajar bila diletakkan meja. Washitsu menjadi ruang tidur bila diletakkan futon(matras tidur). Meja besar dikeluarkan bila washitsu ingin digunakan untuk jamuan makan. Ada dua macam benda yang dapa digunakan untuk memberikan sekat-sekat pada washitsu, yaitu fusuma dan shoji. Fusuma adalah panel berbentuk persegi panjang yang dipasang vertikal pada rel dari kayu, dapat dibuka atau ditutup dengan cara didorong. Kegunaannya sebagai pintu dorong atau pembatas ruangan pada washitsu. Seperti halnya shoji, fusuma dipasang di antara rel kayu, rel bagian atas disebut kamoi dan rel bagian bawah disebut shikii. Rangka dibuat dari kayu dan kedua sisi permukaannya dilapis dengan washi, kain (serat alami atau serat sintetis), atau vinil.Bila kertas pelapis sudah rusak atau sekadar ingin berganti suasana, kertas lama bisa dilepas dan diganti dengan kertas baru. Kedua belah permukaan fusuma dipasangi hikite yang berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma. Perbedaan antara fusuma dan shoji adalah fusuma tidak dapat ditembus cahaya sedangkan shoji dapat ditembus cahaya.Sandal rumah harus dilepas sebelum memasuki washitsu. Lantai washitsu berupa tatami. Tatami adalah semacam tikar yang berasal dari Jepang yang dibuat secara tradisional. Tatami dibuat dari jerami yang sudah ditenun, namun saat ini banyak Tatami dibuat dari styrofoam. Tatami mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, dan sekelilingnya dijahit dengan kain brokade atau kain hijau yang polos. Pada mulanya, Tatami adalah barang mewah yang dapat dimiliki orang kaya. Saat itu kebanyakan rumah orang miskin tidak memiliki lantai, melainkan tikar. Tatami kemudian menjadi populer diabad ke-17.

4.2. Genkan
Salah satu ciri rumah Jepang adalah genkan. Genkan adalah tempat di mana orang melepas sepatu mereka. Ketika mereka melepaskan sepatu mereka, orang-orang melangkah naik ke lantai yang lebih tinggi 40-50 cm (15-19 inci) dari genkan. Disamping genkan terdapat sebuah rak atau lemari disebut Getabako di mana orang dapat menyimpan sepatu mereka. Sandal untuk dipakai di rumah juga tersimpan di sana.

4.3. Washiki
Toilet tradisional jepang (washiki) adalah kloset jongkok juga dikenal sebagai kloset Asia. Kebanyakan kloset jongkok di Jepang terbuat dari porselen. Para pengguna toilet di Jepang kebalikan dari Indonesia dimana mereka menghadap ke dinding di belakang toilet pada gambar terlihat di sebelah kanan. Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset yang berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang ditinggikan sekitar 30 cm

4.4.Daidokoro(dapur)
Ada dua jenis dapur di rumah tradisional Jepang, yang pertama dengan tungku dan yang kedua dengan cara digantung. Kedua cara ini sama-sama menggunakan kayu bakar

4.5. Taman
Dalam taman Jepang tidak dikenal garis-garis lurus atau simetris. Taman Jepang sengaja dirancang asimetris agar tidak ada satu pun elemen yang menjadi dominan. Bila ada titik fokus, maka titik fokus digeser agar tidak tepat berada di tengah.Taman Jepang berukuran besar dilengkapi dengan bangunan kecil seperti rumah teh, gazebo, dan bangunan pemujaan (kuil). Di antara gedung dan taman kadang-kadang dibangun ruang transisi berupa beranda sebagai tempat orang duduk-duduk. Dari beranda, pengunjung dapat menikmati keindahan taman dari kejauhan.
Walaupun elemen-elemen dasar dan prinsip yang mendasari desain taman dapat berbeda-beda, tema-tema tertentu dapat dijumpai di berbagai jenis taman.Tema-tema yang umum adalah kombinasi dari elemen-elemen dasar seperti batu-batu, pulau kecil, dan pepohonan untuk melambangkan kura-kura dan burung jenjang yang keduanya merupakan lambang umur panjang di Jepang. Pulau kecil di tengah kolam dibangun seperti bentuk kura-kura atau diletakkan batu yang melambangkan kura-kura di tepian. Tema lain yang populer adalah Gunung Fuji atau miniatur lanskap-lanskap terkenal di Jepang. Taman jepang memiliki elemen dasar antara lain. air (melambangkan kesucian dan kehidupan), Tanaman (melambangkan keabadian), dan Batu (melambangkan alam). Batu adalah elemen terpenting dalam taman karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air terjun.
Secara garis besar, Minka terdiri dari:
Pada bagian depan rumah lubang untuk masuk dipasangi dua lapis pintu. Lapis pintu bagian dalam (shouji) berupa pintu sorong, yang berlubang-lubang dan ditutupi kertas-kertas. Sedangkan pintu lapis muka atau depan berupa pintu kayu yang kokoh. 
Bagian dalam rumah dibagi menjadi ruang-ruang yang dipisahkan dengan pintu sorong yang berkisi-kisi. Pintu-pintu pemisah ruangan ini secara keseluruhan disebut dengan tategu. Kisi-kisi ini ditutupi kertas-kertas tebal tembus cahaya yang disebut fusuma.
Adanya doma, yaitu salah satu bagian dalam rumah yang lantainya terbuat dari tanah liat yang sudah dikeraskan. Pada doma dipasang semacam oven untuk memasak yang terbuat dari tanah liat (kamado). Selain itu, di lantai ini juga diletakkan perapian terbuka (irori) untuk membakar kayu pemanas ruangan.
 Atap minka
Atap rumah minka sering dibuat curam, dan biasanya terbuat dari ilalang (kayabuki yane), sirap (itabuki yane), atau genteng (kawarabuki yane). Atap minka dapat dikelompokan menjadi tiga macam bentuk, yaitu :
-Kirizuma, merupakan jenis atap yang paling sederhana yang berbentuk segi tiga (gabled roof). Jenis atap ini mempunyai dua sisi yang menurun dari balok bubungan utama (mune). 
-Yosumune, merupakan jenis atap yang mempunyai pinggang (hipped roofs). Atap jenis ini merupakan perkembangan dari kirizuma, karena pada kedua sisi sampingnya yang lain ditambah dengan atap miring, dan bubungannya tidak berbentuk lancip melainkan papak. 
-Irimoya, merupakan jenis atap berbentuk tiga segi, dengan atap tambahan yang berbentuk agak miring di sekitarnya, sehingga ruang dalam rumah menjadi luas. Pada rumah yang atapnya terbuat dari genteng keramik, genteng juga dipasang sampai ke ujung bubungan, dan untuk menghias puncak bubungan dipasang genteng yang ujungnya berbentuk kepala raksasa, yang disebut onigawara. Pada rumah yang beratap rumput juga dipasang hiasan pada kedua sudutnya yang disebut dengan munekazari
5. Tipe-tipe Rumah Tradisional Jepang (Minka 民家)
Minka datang dalam berbagai gaya dan ukuran, sebagian besar sebagai akibat dari perbedaan kondisi geografis dan iklim serta gaya hidup penduduk, tetapi sebagian besar umumnya jatuh ke dalam salah satu dari dua kelompok utama: pertanian rumah noka (农家) dan machiya (町屋). Ada juga gaya rumah pertanian yang ditemukan desa-desa nelayan, yang disebut gyoka (渔家). 
Tipe rumah tradisional Jepang atau minka ini, secara luas terdiri dari dua macam, yaitu :
5.1. Rumah Petani (農家/ nouka)
Pengaturan ruang di dalam rumah orang Jepang disebut dengan madori. Denah standar rumah para petani Jepang dari permulaan abad ke-19 terdiri dari empat ruang, di samping ruang utama yang memiliki perapian (doma). Pembagian ini disebut dengan yamadori (pengaturan empat ruang). Di dalam rumah jenis ini terdapat pintu kayu sorong besar yang disebut odo, untuk memasuki ruang utama. Pintu ini merupakan pintu utama untuk memasuki rumah petani. 
- Doma
Doma merupakan ruang utama pada nouka. Doma mengambil sepertiga dari luas denah rumah. Fungsi doma adalah tempat melakukan kegiatan pertanian dan memasak, sehingga tersedia oven tanah dan tempat mencuci yang terbuat dari kayu yang didirikan di belakang doma
Selain itu juga terdapat perapian yang berukuran satu meter persegi. Di perapian ini kayu dibakar untuk memanaskan ruang, sekaligus sebagai penerangan. Seluruh anggota keluarga berkumpul di perapian ini, khususnya pada waktu makan.
Selain doma, empat ruang pada nouka ini adalah :
-Dua ruangan yang terletak paling dekat dengan doma, digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan harian para penghuni rumah.
-Ruang kecil bersifat dekoratif disebut dengan tokonoma. Ruangan ini menempel pada dinding ruang depan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan lukisan atau bunga.
-Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pada keadaan – keadaan formal. Ruang tamu ini disebut dengan zashiki atau dei. Di depan ruang tamu ini terdapat serambi panjang dan sempit yang disebut dengan engawa.
5.2. Rumah di Perkotaan (Machiya)
Terbatasnya luas tanah di daerah perkotaan membuat rumah-rumah yang didirikan di sana cenderung berbentuk empat persegi panjang. 
-Di belakang ruang utama (omoya) terletak ruang tempat menyimpan (kura/dozou) harta benda milik keluarga. Selain itu untuk menyimpan harta benda keluarga bisa juga digunakan zashiki, yang terletak terpisah dari ruangan utama. Untuk dapat memasuki ruangan ini, dibuatkan pintu pada ruang doma menuju ke pekarangan belakang. 
- Di sekitar ruang doma terdapat tiga baris ruang. Ruang yang paling dekat dengan jalan disebut dengan mise. Di sinilah barang-barang dagangan dipamerkan, dan transaksi perdagangan dilakukan. Ruang yang terletak di bagian tengah, dipergunakan sebagai kantor, dan juga tempat anggota keluarga menerima tamu. Ruang yang terletak di bagian paling belakang menghadap ke arah taman tertutup. Ruang ini dibuat menyerupai zashiki, lengkap dengan tokonoma, yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan harian dari anggota rumah tangga tersebut.
- Adanya ruang di loteng yang disebut dengan zushi. Ruang ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang dekat dengan jalan mempunyai langit-langit rendah berfungsi sebagai gudang. Bagian kedua adalah bagian belakang yang dipergunakan sebagai kamar tidur.

6. Minka di Tiap Prefektur 
6.1. Hokkaido 
Di daerah kabupaten, yang paling utara dan paling dingin, industri beras dimulai sekitar 300 tahun yang lalu. Dalam era Meiji (1868-1912) banyak orang yang datang dari bagian daerah yang lain di Jepang maupun tempat lain untuk membantu dalam pemurnian beras atau kerja ladang. Para imigran ini membawa berbagai budaya dan gaya konstruksi bangunan. Sebagai hasil dari perluasan dan perdagangan terbuka, bahkan konstruksi gaya barat dapat ditemukan.
6.2. Aomori-Ken
Wilayah ini banyak dipengaruhi oleh suasana feodalisme. Ada banyak pertempuran dengan kaum feodal lokal di sini, yang pada gilirannya menerapkan peraturan ketat pada bangunan rumah. Karena wilayah barat dan timur memiliki iklim yang berbeda, bahkan dalam prefektur yang sama, maka ada 2 jenis bangunan d daerah ini. Di  Aomori, minka yang berada di sebelah barat(pantai Laut Jepang) memiliki atap sangat tajam dengan Kemu-dashi (cerobong mini) untuk mengeluarkan asap  dari hasil kegiatan memasak dan unit pemanas (Kamado dan Irori). Sebaliknya, minka di sebelah timur(pantai Samudera Pasifik) memiliki atap datar dan sederhana tanpa cerobong asap.
6.3. Akita-Ken
Gaya minka di sini merupakan gaya minka dengan harmoni yang menyenangkan dan desain unik berupa garis yang melengkung. Peneliti desain arsitektur menunjukkan bahwa kecanggihan dari minka di daerah ini dapat dijelaskan. Selama era Edo (1603-1867) perdagangan berkembang di pantai Laut Jepang, terutama dalam ekspor beras  dan benih hana (Red Dye). Dengan faktor kekayaan, desainer khusus dan arsitek pembangun dibawa dari kota Kyoto untuk menghasilkan karya seni yang baru.
6.4. Iwate-Ken
Dalam waktu 1.000 tahun lamanya daerah ini telah terkenal dengan kuda yang sangat baik. Hal ini dikenal sebagai "Iwate-ken kuda-tumbuh". Banyak rumah yang dirancang dengan sayap pada sudut 90 derajat untuk memungkinkan kuda-kuda untuk hidup bersama dengan keluarga. Rumah ini sangat khusus disebut "Nanbu/ lekukan rumah" (Nanbu menjadi distrik prefektur di rumah-rumah karena lazim). Lewae bangunan minka kita bisa tahu, terlihat betapa banyak cinta dari sang pemilik rumah dalam memberikan kasih sayang untuk kuda-kuda mereka dan bagaimana mereka memperlakukan hewan-hewan ini sebagai bagian dari keluarga.
6.5. Niigata-Ken 
Minka di prefektur sangat memungkinkan kondisinya saat ada angin kecang, salju dan dingin. Di musim dingin, daerah ini tidak dilindungi oleh pegunungan. Oleh karena itu prefektur ini menghadapi angin dingin langsung dari Siberia. Hal ini terjadi karena Niigata terletak di bagian tengah dari pulau utama Jepang dan menerima salju terlebat, mencapai 7 meter. Dengan salju yang begitu lebatnya, modifikasi di rumah-rumah termasuk pintu masuk lantai dua, jendela yang sempit, dan kolam di sekitar rumah dijadikan untuk pembuangan salju.
6.6. Sattaima, Gunma, Yamanashi-Ken
Ini adalah prefektur yang memproduksi sutra, mulai dari bagian akhir dari zaman Edo (1603-1867) ke Meiji-era (1868-1912) dan zaman Taisho (1912-1926). Minka telah diubah agar sesuai dengan pemeliharaan ulat sutera dan rumah pengolahan berikutnya dari sutra mentah. Yang terpenting dari rancangan minka ini adalah memiliki ventilasi yang baik dan cukup sinar matahari. Rumah-rumah di daerah ini menunjukkan penekanan di rumah-rumah di mana sutra adalah cara utama mencari nafkah.
6.7. Gifu-Ken 
Daerah ini merupakan daerah pegunungan sisi dalam yang telah ditetapkan sebagai "situs warisan budaya dunia". Pemeliharaan ulat juga dilakukan di sini, tapi karena  keterbatasan lahan, yang disebabkan adat yang dilakukan di rumah-rumah besar sebagai keluarga besar, karena ada undang-undang melarang bangunan tambahan. Sebuah rumah besar mungkin telah mengakomodasi 2 sampai 3 generasi bersama di bawah satu atap . Meskipun sebagian besar bangunannya berupa kayu, rumah di daerah ini bahkan memiliki tinggi hingga 4 sampai 5 meter. Karena tingginya ini minka disebut sebagai "Gasho-Zukuri”. Karena itu banyak orang yang mengakui dan menyimpulkan bahwa inilah yang telah menghasilkan gaya minka paling indah di Jepang.
6.8. Kyoto-Fu 
Meskipun daerahnya kecil, ibukota Jepang selama periode pembangunan budaya terbesar, Kyoto, merupakan daerah yang kaya dan berkuasa dalam arsitekturnya. Dengan demikian minka adalah beberapa bangunan paling cantik, termasuk di dunia. Terhindar dari pengeboman Perang Dunia II, keindahan minka masih dapat dilihat di kota yang penuh seni ini.
6.9. Nara-Ken
Di dalam Prefektur ini terdapat Kota Nara, sebuah ibukota kuno Jepang 1500 tahun yang lalu (sebelumnya Kyoto). Nara pada waktu itu disebut "Yamato", nama yang juga berarti semua bangsa Jepang. Di dalam rumah ditambahkan atap tertentu dalam konstruksi bangunannya (Yamato Mune) yang tidak ditemukan di tempat lain di Jepang. Konstruksi bubungan atapnya dapat ditemukan juga di daratan Cina dan Korea dan kemungkinan berasal dari daerah tersebut. Selama abad pertengahan tanggul digali di sekitar rumah besar atau di sekitar desa untuk melindungi dari serangan dari tuan-tuan lain atau penjarahan oleh kelompok-kelompok pencuri.
6.10. Saga-Ken
Prefektur ini adalah daerah bagian selatan pulau utama Jepang, di mana pada musim gugur penduduknya harus bertahan hidup dari bahaya "Taifu" (harfiah "angin besar dan hujan, dalam bahasa Inggris sama artinya dengan topan ). Karena ini merupakan ancaman setiap tahun, minka di desain lebih rendah dengan atapnya, disebut  "Kudori Tsukuri", yang bentuknya mirip dengan kamado yang dapat ditemukan di dapur rumah itu. Tuan feodal  menuntut banyak larangan dan kontrol pada cara pembangunan rumah. Di samping itu, rumah mungkin telah dibangun lebih rendah karena kayu tinggi sudah sulit tersedia di daerah ini akibat keterbatasan lahan subur.

2 komentar:

Kamar Anak mengatakan...

Set kamar Tidur Pengantin gaya jepang dan
tempat tidur anak model jepang tapi sedikit ukiran ada nggak,,mau minta desain gambarnya

Unknown mengatakan...

sumernya dari mana?

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Imou no Nikki. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.